Pages

Askep Hepatitis

DEFINISI
Hepatitis adalah merupakan inflamasi hati dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus (hepatitis A, B, C, D, E).

DESKRIPSI DAN PATOFISIOLOGI
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGO T dan SGPT).


Akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.

Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba/palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif. hepatitis virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik. Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
- Obat anastesi
- Obat antibiotik
- Obat antiinflamasi
- Obat antimetabolik dan imunosupresif
- antituberkulosa
- hormon-hormon
- obat psikotropik
- Lain-lain, contoh phenothiazine.

ETIOLOGI
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
 Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.
 Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.

GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok:

Hepatitis kronik
- Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
- Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin serum.
- Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis kronik.

Hepatitis akut
- Pada umumnya, hepatitis tipe a, b, dan c mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan serum-sickness.
- Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum.
- Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa “tidak enak badan”, menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan pasien merasa sengsara.
- Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.
- Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
- Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.

PENGOBATAN
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat suportif.

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Pada hepatitis kronik oleh infeksi hepatitis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi. di Inggris hepatitis non-A, non-B dikira karena hepatitis C, mempunyai kelangsungan hidup paling jelek, pasien yang agak tua atau yang kesehatan umumnya kurang, mempunyai prognosis yang jelek.
Pada hepatitis akut sangat bervariasi; pada sebagian kasus, penyakit berjalan ringan dengan perbaikan biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1-3 tahun. pada sebagian kasus lainnya, hepatitis kronik persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis. Secara keseluruhan walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien tetap asimtomatik dan jarang terjadi kegagalan hati di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat menunjukkan Anti-HVC positif.
komplikasi dapat berupa kegagalan hepar yang fulminan (sangat berat) atau dapat juga sirosis. Kekambuhan merupakan komplikasi pada kasus hepatitis akut.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN HEPATITIS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.

2. Pengkajian Kesehatan
Observasi/temuan
 Aktivitas/istirahat: kelemahan, kelelahan, malaise umum.
 Sirkulasi: bradikardi (hiperbilurubinia berat), ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa.
 Eliminasi: urine gelap, diare/konstipasi; feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya hemodialisa.
 Makanan/cairan: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema), mual/muntah. Asites.
 Neurosensori: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
 Nyeri/ketidaknyamanan: kram abdomen, nyeri tekan pada quadrant kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus). Otot tegang, gelisah.
 Pernafasan: tidak minat/enggan merokok (perokok).
 Keamanan: adanya transfusi darah/produk darah. Demam, urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak beraturan, ekserbasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadan-kadang ada pula hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
 Seksualitas: pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
 Penyuluhan/pembelajaran: riwayat diketahui/mungkin terpejan pada virus, bakteri atau toksin (makanan terkontaminasi air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simtomatik atau asimtomatik); adanya prosedur bedah dengan anastesia haloten; terpajan pada kimia toksik (contoh karbon tetraklorida, vinil klorida); obat resep (contoh sulfonamid, fenotiazid, isoniazid). Obat jalanan IV atau penggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit ginjal, adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.

Pemeriksaan diagnostik
- Tes fungsi hati: abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan: merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus.
- AST (SGOT/ALT (SGPT): awalnya meningkat. dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
- Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
- Leukopenia: trombositopenia, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
- Alkali phosphatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
- Feses: warna tanah liat, steatore (penurunan fungsi hati).
- Albumin serum: menurun.
- Gula darah: hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
- Anti-HAV IgM: positif pada tipe A.
- HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A). catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
- Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati).
- Bilirubin serum: di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
- Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
- Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
- Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
- Urinalisa: peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.

Potensial komplikasi
 Infeksi HVA sering sembuh tanpa komplikasi, sedangkan infeksi HVB dan jenis virus lainnya dapat menjadi kronik dan infeksi HVD sering fatal.
 Pada HVC kronis persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis.

Terapi dan perawatan
 Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
 Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
 Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
 Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
 Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
 Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
 Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri.
Intervensi:
 Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan.
 Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
 Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
 Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh nonton TV, radio, membaca.
 Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
 Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan.
 Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (valium): lorazepam (ativan).
 Awasi kadar enzim hati.

Hasil Yang Diharapkan /Kriteria Evaluasi
- Pasien akan menyatakan pemahaman situasi/faktor risiko dan program pengobatan invididual.
- Menunjukkan teknik/perilaku yang melakukan kembali melakukan aktivitas.
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.


2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Intervensi
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
 Berikan perawatan mulut sebelum makan.
 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
 Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
 Awasi glukosa darah.
 Berikan obat sesuai indikasi:
- Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
- Antasida (contoh mylanta).
- Vitamin (contoh b kokpleks).
- Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
 Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites) dan proses pembekuan darah.
Intervensi
 Awasi masukan dan haluaran. Bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
 Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
 Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
 Biarkan pasien menggunakan laporan katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
 Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis, perdarahan terus-menerus dari gusi/bekas injeksi.
 Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan.
 Berikan cairan iv (biasanya glukosa), elektrolit:
- Protein hidrolisat.
- Vitamin K
- Antasida atau reseptor H2 antagonis, contoh simetidin (tagamet).
- Obat-obat antidiare, misal, difenoksilat dan atripin (lomotil).
- Plasma beku segar (fresh frozen plasma/ffp).
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
Pasien akan mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, torgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine pasien adekuat.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat (contoh leukopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun; malnutrisi; kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Intervensi
 Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan perbatasan sesuai kebijaksanaan rumah sakit: termasuk cuci tangan efektif.
 Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
 Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.
 Berikan informasi tentang adanya gama globulin. Isg. Hbig. Vaksin hepatitis b (rekombivax hb, engerix-b) melalui DepKes atau dokter keluarga.
 Berikan obat sesuai indikasi:
- Obat antivirus: vidaralun (vira-a), asiklovir (zovirak); interferon alfa-2b (intron-a);
- Antibiotik tepat untuk egen pencegahan (contoh, garam negatif, bakteri anaerob) atau proses sekunder.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
- Menunjukkan teknik; melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/transmisi ke orang lain.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia: akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Intervensi
 Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
 Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut.
 Berikan massage pada waktu tidur.
 Hindari komentar tentang penampilan pasien.
 Berikan obat sesuai indikasi:
- Anhistamin, contoh metdilazin (tacaryl); difenhidramin (benadryl).
- Antilipemik, contoh kolestramin (questran).
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menunjukkan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Pasien akan melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet

6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi
 Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
 Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit, contoh kontak yang memerlukan gamma globulin; masalah pribadi tak perlu dibagi; tekankan cuci tangan dan sanitasi pakaian.
 Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat. Diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras/olahraga.
 Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas diet seimbang.
 Dorong kesinambungan diet seimbang.
 Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh masukan cairan adekuat/diet srta, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi.
 Diskusikan efek samping dan bahaya minum obat yang dijual bebas/diresepkan (contoh asetaminofen, aspirin) dan perlunya melaporkan ke pemberi perawatan tentang diagnosa.
 Diskusikan pembatasan donator darah.
 Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
 Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimum atau lebih sesuai toleransi individu.

Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi
- Pasien akan menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
- Pasien akan mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab.
- Pasien akan melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.



DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers. Philadelphia, U.S.A
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Penerbit Balai FKUI Jakarta
---. Pedoman Pengobatan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica

Sumber : akperlamongan.mywapblog.com