Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal, dimana gangguan persepsi terhadap lima rasa yang berupa adanya stimulus ekstrem. Suatu penerimaan panca indera tanpa adanya rangsanan dari luar.
Klasifikasi halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu diantaranya sebagai berikut:
- Halusinasi pendengaran
- Halusinasi penglihatan
- Halusinasi penciuman
- Halusinasi pembauan
- Faktor predisposisi
Terjadinya halusinasi oleh multi faktor eksternal maupun internal.
- Faktor komunikasi
- Faktor biologis
- Faktor psikologis
- Faktor sosial budaya
- Faktor genitalia
FAKTOR PRESITIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya.
- Faktor sosial budaya
- Faktor biokimia
- Faktor psikologis
- Mekanisme koping
- Faktor perilaku
- Faktor fisika
- Faktor emosi
- Status intelektual
- Status sosial
- Status spiritual
Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa ( skizoprenia) bentuk halusinasi ini biasanya berupa pendengaran. Tetapi paling sering mendengar panggilan orang yang tidak ada objeknya yang dapat memberikan rasa aman atau ketakutan yang mempengaruhi tingkahlaku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti bicara sendiri, atau respon lain yang membahayakan.
Perkembangan halusinasi terjadi dalan 4 fase yaitu:
Fase pertama
pada fase ini mengalami masa cemas
( ansietas), stress, perasaan gelisah dan kesepian. Klien mungkin melamun dan memfokuskan pada hal – hal yang menyenangkan untuk sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengontrol pemikirannya ini sebagai dari dirinya meskipun intensitas persepsi meningkat.
Fase kedua
ansietas pada fase ini meningkat yang dipengaruhi oleh pengalaman yang bersumber pada internal dan eksternal, klien berada pada tingkat halusinasinya. Pemikiran eksternal jadi lebih menonjol, perasaan klien tidak efektif.
Fase ketiga
Halusinasi jadi lebih menonjol menguasai dan mengontrol pemikiran klien. Klien jadi lebih terbiasa arus halusinasi dan tak berdaya melawan halusinasinya yang menjadi kesenangan dan keamanan yang bersifat sementara.
Fase keempat
pada fase ini klien merasa tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang tadinya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, dan pemarah.
Asuhan keperawatan
PENGKAJIAN
Data subjek
Mendengar suara – suara
Takut terhadap suara – suara yang di dengar
Ingin memukul dan menampar barang
Data objek
Dirawat ketiga kalinya dengan alasan amuk
Klien sering berbicara sendiri
POHON MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi melakukan kekerasan yang b/d halusinasi pendengaran
Perubahan sensori – perseptual : halusinasi pendengaran yang b/d menarik diri
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronis
Sindrom defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, b/d intoleransi aktifitas.
INTERVENSI
Tujuan umum : klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus :
klien dapat mengungkapkan perasaannya
Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Ciptakan lingkungan yang bersahabat
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Ajak klien membicarakan hal – hal yang nyata
Klien dapat mengendalikan halusinasinya
INTERVENSI
Adakan kontak sering dan singkat
Dorong klien untuk mengungkapkan perasannya
Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif
Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengendalikannya.
Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya
Bantu klien dan pastikan klien minum obat
Obserpasi tanda, gejala terkait efek samping obat.
Pendidikan kesehatan
Membimbing klien mengontrol halusinasinya
Jelaskan kepada keluarga cara merawat dan mengatasi halusinasi pendengaran pasien.