PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stimulasi adalah upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran si anak.
Seperti dijelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak, Dr Soedjatmiko SpA(K),2008. rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi, ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya. Sedangkan stimulasi utama diberikan khusus untuk anakusia 0 - 7 tahun (Siswono, 2004).
Tidak satupun orangtua yang tidak menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi manusia dewasa yang tidak cerdas dan mandiri. Padahal orangtua sekarang sibuk dengan bekerja, akan tetapi anakpun membutuhkan lebih banyak perhatian orangtua. (Munding sari, 2000)
Demikian juga halnya dengan perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997).
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komplek dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal atau dalam kandungan. (Kuhlen dan Thomshon, 1956) Kemudian pendapat serupa juga di kemukakan oleh (yusuf, 2002) bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi.
Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
Apabila dibandingkan dengan negara-negara Barat, maka perkembangan motorik pada anak Indonesia tergolong rendah. Di Amerika, anak mulai berjalan pada umur 11,4–12,4 bulan11, dan anak-anak di Eropa antara 12,4–13,6 bulan12. Sedangkan di Indonesia, pada sampel yang diteliti adalah 14,02 bulan. Informasi yang cukup untuk menerangkan perbedaan tersebut belum ada, namun besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperanan. Penjabaran tersebut di atas, menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pemberian stumulasi untuk mengembangkan kemampuan motorik merupakan hal yang urgen atau penting (Endah, 2008). Oleh karena berdasarkan latar belakang diatas maka saya berminat untuk meneliti hubungan tingkat pengetauan ibu tentang stimulasi dengan perkembangam motorik kasar pada anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupataen Serdang Bedagai.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas maka masalah penelitian yang akan diteliti adalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
1.3. Tujuan Umum
Untuk melihat Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi dengan perkembangan Motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
1.4. Tujuan khusus
1.4.1. Untuk Mengetahui tingkat Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi
1.4.2. Untuk Mengetahui tingkat Pengetahuan ibu tentang Perkembanan Motorik Kasar
1.4.3.Untuk Mengetahui Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi dengan Motorik kasar
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Praktek kesehatan:
Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang penetahuan ibu terhadap stimulasi dengan perkembangan motorik pada anak.
1.5.2. Bagi pendidikan sekolah tinggi ilmu kesehatan Deli Husada Delitua:
Sebagai reprensi perpustakaan sekolah tinggi ilmu kesehatan Deli Husada Delitua dan merupakan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.
1.5.3. Bagi Penelitian kesehatan:
Hasil penelitian ini merupakan sumber data bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan ibu terhadap stimulasi perkembagan anak.
1.5.4. Bagi masyarakat:
Untuk menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu yang mempunayai anak agar supaya bisa memberikan stimulasi kepada anak dengan benar, sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan kepada anak itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGETAHUAN
2.1.1. Pengertian pengetahuan
Pengertian pengetahuan menurut Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah hasil tahudari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran rasa, dan pereba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over bihoviur).
Pengetahuan itu sendiri banyak di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat di peroleh dari pendidikan formal dan non formal, Jadi pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan seseorang maka orang tersebut semangkin luas pengetahuannya. Tetapi perlu ditekankan bukan seseorang pendidikannya rendah, mutlak pengetahuannya rendah pula. Karena pendidikan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi pendidikan non formal juga di peroleh.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung 2 aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek yang deketahui, maka menumbuhkan sikap yang makin positif terhadap objek tersebut.
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengigat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan manyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang sesuatu objek yang diketaui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan-makanan yang bergizi.
c. aplikasi (Aplication)
aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat digunakan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, prinsip, metode dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
Contoh dapat merumuskan statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah dari kasus yang diberi.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analysis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (syinthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagiannya terhadap suatu teory atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini barkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan oleh satu objek kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan isi meteri yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden kedalam pengatahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut diatas.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukidjo(1996), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1. Umur.
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang ini dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan ayai kematian menurut golongan umur. Dalam hal ini tentu tidak menjadi soal dikala pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang telah mendaptkan latihan.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan mental, sikap dan tingkah laku dalam belajar menerima segala informasi.
Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, informal dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan dapat memperkaya (UU RI No. 20 Tahun 2003). Tentang sistem pendidikan pasal 13 ayat 1.
a. Pendidikan Informal
Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dalam kehidupan masyarakat.
b. Pendidikan Formal
Adalah pendidikan di sekolah secara teratur, sistematis dan mempunyai jenjang serta di bagi waktu-waktu tertentu yang berlangsungnya dari taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.
c. Pendidikan non formal
Adalah semua pendidikan yang diselenggarakan secara senaja terarah dan terencana.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang.
4. Sumber informasi
1. Pengertian
Informasi adalah merupakan data yang telah di proses kedalam suatau bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mepunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau mendatang.
Rudy Bretz dalam bukunya “Toxonomy of Comunication Media” menyatakan secara gamblang saja bahwa jika kita lihat atau mencium asap, kita mendapat informasi bahwa sesuatu sedang terbakar, kalau kita meraba suatu benda, lalu mengangkatnya kita memperoleh informsi mengenai benda itu maulai dari bentuknya sampai kepada beratnya. Pengetian informasi menjadi terbatas. Bahwa informasi dalam system informasi tersebut disampaikan kepada orang lain. Karna informasi seperti itu dinamakan “Informsi manusia” (Human Information) untuk membedakan informasi sebagai persepsi dari lingkungan alamiah. Informasi tersebut sering disebut “pesan” (massage). Istilah pesan atau massage itu mengandung arti informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Proses penerimaan pesan dan pengiriman pesan itu dinamakan “komunikasi”
2. Jenis informasi berdasarkan demensi waktu
Informasi masa lalu
Informasi jenis ini adalah mengenai pristiwa masa lampau yang mesti amat jarang digunakan, namun dalam penyimpanannya pada data straig perlu disusun secara rapi dan teratur. Pengaturannya sedemikian rupa sehingga dapat disajikan kepada yang memerlukan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dalam keadaan yang selengkap-lengkapnya. Di negara-negara maju informasi menngenai peristiwa yang masa lalu banyak disimpan dalam microfilm, sehingga tidak memerlukan tempat dan ruang yang banyak, sedangkan untuk memperolehnya bergitu mudah.
Informasi masa kini
Dari istilahnya sendiri adalah jelas bahwa makna dari informasi yang ditujukan kepada seserang atau kelompok orang, baik yang terdapat dalam organisasi, informasi jenis ini dapat diklasipikasikan sebagai berikut:
- Informasi individual
Adalah informasi yang ditujukan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan atau kepada seseorang yang diharapkan dari pada tanggapan terhadap informsi yang diperoleh.
- Informasi komunitas
Informasi-informasi tentang kesehatan sangat penting agar masyarakat dapat berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dan hal ini diperlukan komuniksi yang efektip dari petugas kesehatan dan informasi tersebut dapat diberikan melalui media komunikasi.
Beberapa media informasi yang ada di masyarakat :
a. Media elektronik
Terdiri dari : TV, Radio, Vidio
b. Media papan
Papan atau billbord yang di pasang di tempat-tempat umum disampaikan kepada masyarakat, media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembar yang ditempatkan dikendaraan umum.
c. Teman
Teman atau dapat menjadi sumber informasi yang dapat menyampaikan informasi berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang didapatkannya. (Noto Atmojo, 2002)
d. Keluarga
Memberi perangsang kepada anak, perangsang ini bisa berbentuk yang dapat di dengar (audiotif) seperti menggunakan kata-kata untuk menjelaskan pada anak-anak apa yang telah dia alami selama hidupnya.
(Prof. Drs. V.M. Napitupulu, M. Ed 2008)
3. Lingkungan
Adalah suatu kondisi atau tempat tinggal, di kota besar mungkin lebih banyak di pusatkan pada keluarga dan sanak saudara dibandingkan di desa yang lebih mengenal keramah tamahan dan kekuatan antar tetangga.
2.1.4. Dasar-dasar pengatahuan
- Tradisi
- Otoriter
- Meminjam dari disiplin orang lain
- Pengalaman trial dan error
- Alasan yang logis
- Metode ilmiah
Adapun tujuan dari pengetahuan adalah untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidak pastian tersebut.
2.1.6. Unsur-unsur Pengetahuan
- Pengetahuan
- Tersusun secara sistematis
- Menggunakan pemikiran
- Dapat di kontrol secara krotis oleh orang lain atau umum(objek) Pembagian
A. Dari segi Objek
- Ilmu Matematika
- Ilmu Perngetahuan
- Ilmu Prilaku
- Ilmu Pengetahuan Kerohanian
- Pengetahuan Eksa
- Pengetahuan non Eksa
C. Dari Sudut Penerapan
1. Penegtahuan Murni
Membentuk dan mengembangkan pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya
2. Pengetahuan Terapan
Untuk membantu masyarakat didalam mengatasi masalah yang di hadapi.
2.2. STIMULASI
adalah upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran si anak.
Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya. Sedangkan stimulasi utama diberikan khusus untuk anak usia 0 - 7 tahun.
Di dalam perkembangan seorang anak, stimulasi merupakan suatu kebutuhan dasar. Stimulasi dapat berperan untuk peningkatan fungsi sensorik (dengar, raba, lihat rasa, cium), motorik (gerak kasar, halus), emosi-sosial, bicara, kognitif, mandiri, dan kreativitas (moral, kepemimpinan) sel otak pada bayi dibentuk semenjak 6 bulan masa kehamilan. Karena itu, proses stimulasi sudah bisa dan harus dilakukan semenjak usia janin 23 minggu. Dalam masa kehamilan, proses stimulasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti rangsang suara (adanya efek Mozart), gerakan perabaan, bicara, menyanyi, dan bercerita. semakin dini dan semakin la-ma stimulasi itu dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya. ada beberapa tahapan kegunaan dari proses stimulasi pada bayi ketika pertama kali dilahirkan. Pada usia bayi 0 - 6 bulan, penyesuaian dan persepsi ibu dapat terbentuk melalui proses stimulasi. Sedangkan, pada usia 0 - 36 bulan intelektual dan perilaku mulai terbentuk. Sementara pada usia 0 - 48 bulan, kognitif , dan 0 -96 bulan keahlian membaca dan menulis perlu dirangsang. "Stimulasi semenjak dini juga sangat diperlukan dalam merangsang perkembangan otak, baik itu otak kanan maupun otak kiri,"
Psikolog dan Play Therapist, Mayke S Tedjasaputra, mengatakan, respons terhadap suara dan vibrasi tampaknya dimulai pada usia 26 minggu masa kehamilan dan meningkat sampai akhirnya menetap pada usia 32 minggu. Ia menceritakan, ada suatu penelitian yang meneliti tentang respons janin berusia 26 minggu yang diperdengarkan sebuah cerita secara terus menerus oleh ibunya. (SISWONO,2004)
2.2.1. Stimulasi Dini
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.
2.2.2. Cara Melakukan Stimulasi Dini
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
- Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
- Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
- Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
latihan otot besar
a. Keseimbangan
- Berjalan mundur
ketika anak mampu berjalan, keseimbangan telah ia peroleh. Yang ia butuhkan saat ini adalah latihan keseimbangan secara terus menerus. Untuk melatih anak agar memperoleh keseimbangan yang baik, mengajaknya berjalan mundur. Mula-mula kita dapat memberikan contoh bagaimana berjalan mundur. Kemudian, peganglah kedua tangan anak dari arah depan, dan doronglah pelan-pelan agar ia berjalan mundur. Setelah berjalan mundur, ganti andalah yang melakukannya.
- Melompat tali
Melatih keseimbangan juga dapat dilakukan dengan melompat tali. Anak seusia ini belum mampu melompat secara sungguh-sungguh. Melompat tali yang akan dilakukan oleh anak sebenarnya lebih mirip melangkahi tali. Kita dapat meletakkan seutas tali yang masing-masing ujungnya diletakkan diatas sebuah bendasetinggi 20 cm tampa mengikatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terjatuh bila kakinya menyentuh tali saat melompat. Latihan ini selain meningkatkan keseimbangan , juga dapat meningkatkan kesadaran anak akan jarak.
b. Memperkuat otot
- Latihan mengayuh
Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot paha, otot perut, otot punggung bagian bawah. Kekuatan otot-otot itu dapat diperoleh melalui latihan mengayuh di udara. Latihan ini dapat anda lakukan berdua dengan anak, caranya berbaringlah dilantai dan baring kan anak di dada anda. Kemudian, angkat kaki anda dan dan anak lebih tinggi dari kepala. Lalu, mengayuhlah bersama-sama.
- Menyusun dan menendang
Kekuatan otot dan dipaha, perut dan punggung bagian bawah juga akan berguna bagi anak saat ia belajar menendang. Untuk melatihnya menendang, anda anda dapat menyusun kardus bekas. Kegiatan menyusun kardus ini sekaligus memperkuat otot lengan si anak, yang menjadi dasar untuk menyusun balok kelak. Saat kardus sudah tersusun, anda dapat meminta si kecil untuk merubuhkannya dengan cara menendang.
- Mengelindingkan bola
Otot besar lain yang besar juga perlu dilatih seiring dengan seiring berkembangannya keterampilan berjalan anak adalah otot lengan, kekuatan otot lengan akan berguna bagi kegiatan melempar dan menagkap bola, kelak ketika anak berusia tiga tahun. Namun diusia ini, latihan yang sederhana sudah dapat dilakukan, yaitu menggelindingkan bola. Anda dapat melatih anak dengan mengajaknya duduk berhadapan, dengan kudua kaki terbuka lebar telah membentuk area luas, yang dapat dilalui oleh sebua bola.
2.2.4. Latiahan otot kecil
a. Otot tangan
- Memasukkan benda
Memasukkan mainan kedalam kaleng dapat melatih otot kecil kebagian tangan. Anda dapat menggunakan kaleng susu bekas, dengan membuat sayatan berbentuk X pada penutupnya yang terbuat dari plastic. Mintalah anak untuk memasukkan benda-benda yang bisa melewati celah itu kedalam kaleng. Kegiatan memasukkan benda kedalam kaleng dapat memperkuat otot kecil karma ada aktivitas menekan benda tersebut. Kegiatan ini juga melatih koordinasi mata dengan jari tangan.
- Meremas-remas
Permainan lain yang dapat melatih dan memperkuat otot tangan si kecil adalah meremas-remas. Anak usia ini sangat senang menemukan sesuatu yang tersembunyi. Untukmemperkuat otot tangannya sekaligus memuaskan kegemarannya mencari, anda dapat memnyembunyikan mainan kedalam kertas kemudian meremasnya. Setelah berkumpul beberapa buah bola kertas berisimainannya, mintalah anak untuk membuka kertas dan menemukan kembali mainannya. Biasanya anak akan merasa bangga bila berhasil menemukan sesuatu yang tersembuyi.
Selain memperkuat otot tangan, permainan ini sekaligus mengajarkan anak bahwa benda kecil dapat tertutup oleh benda yang lebih besar. Selain itu anak juga akan paham, bahwa sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada.
c. Koordinasi
- Memadu benda dengan gambar
Koordinasi tangan-mata sanat diperlukan oleh anak dalam melakukan berbagai kegiatan bermainnya. Salah satu permainan yang dapat meningkatkan koordinasi tangan mata adalah memadukan gambar dan benda. Latihan ini cocok untuk anak usia dua tahun. Anda dapat membuat beberapa buah gambar bayangan benda, misalnya sendok, lingkaran dan kotak diatas sebuah karton. Kemudian, kepada anak sebuah sendok, tutup gelas, dan kotak sabun. Mintalah kepada anak untuk meletakkan benda-benda itu diatas gambar bayangan yang sudah anada buat. Selain dapat melatih daya kordiansi tanan-mata, kegiatan ini juga dapat melatih daya konsentrasi anak. (Tumbuh kembang anak, 2008)
- Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Stimulasi yang diperlukan anak 3-5 tahun:
- Gerak kasar: Latih anak melompat dengan satu kaki
- Gerak halus: Latih anak menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar
- Bicara, bahasa dan kecerdasan: Latih anak mengenal bentuk dan warna
- Bergaul denganmandiri: Latih mengenal sopan santun, berterimah kasih, mencium tangan, dan lain-lain
1. Gerak kasar
Berikesempatan anak untuk bermain yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan
2. Gerak halus: Bantu anak belajar menggambar
3. Bicara, bahasa dan kecerdasan : Bantu anak mengerti satu separuhsengan cara membagikan kue/kertas
4. Bergaul dan mandiri: Latih anak untuk mandiri, misalnya bermain ketetangga
(Suhaimin,2000)
2.2.5. Pentingnya suasana ketika stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
2.2.6. Pertumbuhan Fisik Otak (P.F.O):
- Lahir = 1/4 ukuran orang dewasa atau 350 gram
- 18 bulan = 1/2 ukuran orang dewasa
- 6 tahun = 90% ukuran orang dewasa
- 18 tahun = 100% ukuran orang dewasa
- 0-4 tahun = 50%
- 4-8 tahun = 80%
- 8-18 tahun = 100%
Belahan Otak Kiri : Belahan Otak Kanan :
- Tata - Irama
- Logika - Musik
- Angka - Warna
- Daya Ingat - Imajinasi
- Rasional - Lamunan
- Analisis - Dimensi
I. Mulailah pada saat yang tepat, sesuaikan dengan perkembangan anak
Pada umumnya para ahli mengatakan tidak ada usia tertentu yang paling tepat untuk memulai suatu pengajaran/rangsangan. Menurut Prof.DR. Fawzia Aswin Hadis, psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, paling tidak ada dua hal yang bisa dipakai. Mainan yang baik itu punya manfaat tertentu sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Secara umum mainan yang baik mampu membuat anak asyik dan aktif bermain. Untuk memilih mainan yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak biasanya para psyikolog anak memakai teori piaget yang dirancang oleh Jean Piaget membagi perkembangan intelegensi anak menjadi 3 tahapan, yakni :
- Tahap Sensonik Motorik (0-2 th)
- Tahap Pra Operasional (2-7 th)
- Tahap Operasional (7- keatas)
Pada usia 0-2 tahun anak sudah bisa menikmati gerakan demi gerakan, dalam taraf belajar menguasai dan mengkoordinasikan ketrampilan motorik (otot) kasar dan halus. Permainan akan merangsang anak mulai mempraktekkan dan mengendalikan gerakannya serta menggali pengalaman dalam menggunakan panca indranya, mengembangkan penglihatan, mendengar suara, mengecap rasa serta merasakan sentuhan dengan benda dan pengaruh yang bisa ditimbulkan. Jadi sejak usia 1-2 tahun, ketika sudah bisa beraksi atau berkomunikasi terhadap keadaan sekitarnya misalnya, gerakan tangan atau mimik ortunya, pada usia itu anak diperkenalkan/diberi mainan.
Mainan yang sesuai : bisa berbau, berwarna yang biasa digantung di boks atau diletakkan disekitar anak, mainan ini selain bisa merangsang gerakan dan konsentrasi mata, belajar menggapai dan melatih mata untuk focus dan membedakan warna. Jenis sebaiknya dipilih yang tahan banting, dari bahan yang lembut tidak mudah tertelan, bisa menjepit, warna tidak mengandung racun, bisa digigit-gigit, dibanting, diputar-putar dan dipukul-pukul. Sedangkan untuk membantu perkembangan motorik (otot) kasar dan halus, mainan yang diberikan bisa membuat anak menggerakkan anggota badannya dari kaki, tangan sampai jari-jarinya.
Contoh mainan untuk menggerakkan otot kasar, misal : bola, kantung biji-bijian, benda bermacam ukuran, sementara malam, lilin, pasir, puzzle yang mudah bisa melatih gerakan otot halus. Perkembangan motorik ini bisa terus menerus diperkaya dari waktu ke waktu, karena itu permainan yang membantu perkembangan motorik anak tetap diperlukan selepas usia tersebut, umpamanya dengan memberinya sepeda, manik-manik atau kancing baju untuk dirangkai.
2. Tahap Pra Operasional
Pada tahap perkembangan pra operasional (2-7 th ) anak sudah menggunakan simbol dan bermain, memahami bahasa dan belajar membuat sesuatu mewakili sesuau yang lain. Anak di usia ini mulai menyukai pola bermain dalam kelompok kecil dan mempelajari kehidupan dengan berpura-pura. Sudah mulai mengucapkan kalimat tentang sesuau yang dilihat didengarnya, dan bertanya jawab sehingga memerlukan pendamping yang mau bercerita mengenai apa saja yang dilihat, dirasa dan didengar. Ada ketrampilan lain yang baru seperti menamai, mencocokkan, menebak atau membandingkan, ia juga menyukai aktifitas fisik, bergerak kesana kemari untuk mengembangkan motorik kasar dan halus. Mereka memperhatikan bagaimana benda bergerak masuk dan keluar, naik-turun, dekat atau jauh sangat dibutuhkan materi yang kreatif pada moment ini. Seiring dengan perkembangan intelegensia anak seperti itu, alat-alat bermain yang bersifat edukatif sangat diperlukan, misalnya :
- Penjumlahan sederhana
- Mengenai alam : kaca pembesar, pasir, magnet dll.
- Mengenai Panca Indera : makanan manis, asam, asin dsb
- kotak berlubang untuk meraba benda yang ada didalamnya.
3. Tahap Operasional (7 th keatas)
Tahap perkembangan ini banyak ditentukan oleh rangsangan awalnya, sehingga bagaimana menumbuhkan kreatifitas dan sosialisasinya terhadap lingkungan menjadi tantangan bagi ortu. Permainan yang mengandung unsur seni, semacam lilin, malam, potongan kertas, cat air dan kuas yang sebanyak mungkin melakukan percobaan-percobaan sendiri atau berkaitan dengan seni musik, buatan sendiri atau dibeli agar kreatifitas dan sosialisasinya berkembang. Diciptakan pola bermain dalam satu kesatuan dengan keluarga melibatkan keluarga dan teman akan membantu proses sosialisasinya.
2.2.9. Peran Orang Tua, orang tua adalah guru yang alami.
Orang tua adalah guru yang alami bagi anak. Anak lebih banyak belajar dari ortu dibanding dengan permainan itu sendiri, jadi peran mainan dalam perkembangan diri anak sebenarnya cuma sebagai alat bantu, maka dalam bermain anak tetap memerlukan pendamping. Hasil penelitian menunjukkan anak belajar banyak dalam kebersamaan dengan ibunya/pendamping.
Misalnya : mencari jawaban, menyusun balok, membentuk model baru / menciptakan mengembangkan permainan, mengajar berbicara, menjelaskan arti permainan.Anak dapat mencapai koordinasi tangan ketrampilan motorik dengan melihat dan meniru ibunya menggunakan bermacam-macam alat bermain. karena itu disarankan untuk sesering mungkin mengerjakan hal-hal disekitar rumah sebagai sarana bermain (misal: alat rumah tangga dll ) dan tunjukkan cara yang benar dalam mengerjakan kegiatan tersebut, karena yang namanya bermain tidak terbatas. Orang tua bisa mengembangkan banyak hal menjadi sarana bermain, untuk memperkenalkan buku misalnya setelah anak senang citra buku jadi positif. Mulailah si kecil kita ajak melihat gambarnya, lalu dibacakan. Lama-lama dia akan senang membaca. Dalam kebersamaan ini orang tua akan punya banyak kesempatan untuk mengembangkan minat dan ketrampilan si anak.
2.2.9. Perlu ruang bermain.
Berbeda dengan orang dewasa dalam belajar anak lebih banyak menggunakan imajinasinya, sehingga dibutuhkan ruangan atau tempat yang membuat anak bebas berimajinasi. Juga sediakan sudut halaman yang bisa dibuat kotor, ruang untuk berlari-larian sangat menarik diseputar tempat tersebut. Keuntungan lain dengan menyediakan ruang bermain, anak akan mudah mengetahui tempat mainannya disimpan dan tidak tersebar dimana-mana. Sekaligus membangun anak sebagai "Good Organizer" sambil melatih anak untuk mengembalikan alat-alat bermain mereka pada tempatnya segera setelah digunakan. Membuat anak terbiasa merapikan sendiri mainannya tanpa bantuan orang lain, dengan begitu anak dilatih berdisiplin.Dari situ bisa diharapkan fisik dan mental anak bisa berkembang baik, sikap disiplin tertanam sejak dini. (Munding Sari, Puspa 2000)
2.2.10. Stimulasi keterampilan gerak pada anak
Menstimulasi perkembangan gerak anak sangatlah penting dalam mengasah aspek psikomotorik anak. Dan tentu saja aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan epektif anak. Sebab, dengan melatih keterampilan gerak anak, anak menjadi aktif, pola pikirnya berkembang, dan tubuhnya akan menjadi sehat. Jika sehat, tentu anak itu pun akan menjadi cerdas.
2.3. MOTORIK KASAR
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga.
a. Menangkap bola.
Ajak anak’menangkap bola”, gunakan bola sebesar bola tents. Sekali-kali bola dilempar ke arah anak, minta anak menangkapnya, kemudian melempar kembali ke arah anda.
b. Berjalan mengikuti garis lurus.
Di halaman rumah, letakkan papas sempit, atau buat garis lurus dengan tali rafla/kapur atau susun bate bats memanjang. Tunjukkan pads anak cara berjalan di atas papas/garis lurus dengan merentangkan kedua lengan/ tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
c. Melompat
Tunjukkan pads anak cara melompat dengan satu kaki. Gila anak sudah bisa melompat dengan satu kaki, tunjukkan cara melompat melintas ruangan, mula mula dengan satu kaki, kemudian bergantian dengan kaki yang lainnya.
d. Melempar benda-benda kecil ke atas
Ajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil ke dalam kaleng. Gunakan benda-benda yang tidak berbahaya.
e. Menirukan binatang berjalan
Tunjukkan pads anak Cara binatang berjalan, misal anjing berjalan dengan kedua kaki dan tangan. Ajak anak ke kebun binatang dan tirukan gerak-gerik binatang.
f. Lampu hijau — merah.
Minta anak berdiri di hadapan anda. Ketika anda mengatakan “lampu hijau” minta anak berjalan jinjit ke arah anda dan berhenti ketika anda mengatakan “lampu merah”. Lanjutkan mengatakan “lampu hijau’ dan “lampu merah’ secara bergantian sampai anak tiba di tempat anda. Selanjutnya giliran anak untuk mengatakan “lampu hijau” dan “lampu merah” secara bergantian ketika anda berjinjit-jinjit menuju ke arah depan.
2.3.1. Berbagai Pandangan Mengenai Perkembangan Motorik Anak
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan (Petterson, 1996) Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
- Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga.
- Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak(Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.
2.3.2. Urgensi Perkembangan Motorik Kasar anak
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
- Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
- Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
- Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
- Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
- Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar.
- Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga.
- Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.
- Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
- Gerakan-gerakan ibadah shalat
Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.
Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
Selain berbagai kegiatan stimulai, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat.
2.3.3. Deskripsi Perkembangan Motorik Usia 3-5 tahun
Anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang diajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tiada habisnnya.
Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka untuk berfikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan. Secara terperinci, deskripsi perkembangan fisik anak usia 3-5 tahun adalah sebagai berikut.
2.3.4. Tahap Perkembangan Motorik Anak
Usia Tahap Perkembangan
Tiga tahun
- Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik
- Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat
- Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpeganngan pada peganngan tangga
- Berlari berputar-putar tanpa kendala
- Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali
- Melompat dengan salah satu kaki 5 kali
- Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan
- Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki
- Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada
- Mendorong, menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga
- Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan
- Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak
- Menjiplak garis vertical, horizontal dan silang
- Menjiplak lingkaran
- Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas.
- Memegang kertas dengan satu tangan dan memepergunakan gunting untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.
- Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik
- Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki
- Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit
- Lomba lari
- Melompat ke depan 10 kali
- Melompat kebelakang sekali
- Bersalto/ berguling ke depan
- Menendang secara terkoordinasi ke belakang dank e depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan.
- Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki
- Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang berjarak 4-6 kaki darinya
- Membangun menara setinggi 11 kotak
- Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali orang lain
- Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari
- Menjiplak gambar kotak
- Menulis beberapa huruf
- Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik
- Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping
- Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut
- Melompat dua meter dengan salah satu kaki
- Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola
- Menangkap bola tennis dengan kedua tangan
- Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan
- Mengayun tanpa bantuan
- Menangkap dengan mantap
- Menulis nama depan
- Membangun menara setinggi 12 kotak
- Mewarnai dengan garis-garis
- Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari
- Menggambar orang beserta rambut dan hidung
- Menjiplak persegi panjang dan segi tiga
- Memotong bentuk-bentuk sederhana.
Perkembangan motorik anak bisa di pantau dengan melakukan suatu tes. Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali. Tes Denver merupakan checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak, apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak.
2.3.5. Motorik kasar Prasekolah
1. Motorik kasar
Meloncat dan melompat pada kaki bergantian mepempat dan menangkap bola dengan baik, Meloncat keatas bermain skate dengan keseimbangan yang baik Berjalam mundur dengan tumit dan kaki, Melompat dari ketinggian 121inci dan bertumpuh pada ibu jari kaki Keseimbangan pada jari kaki bergantian dengan mata tertutup.(Pedoman Pediatrik, 2000)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka konsep.
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Dr. Soekidjo Notoatmojo, 1998). Dan Stimulasi adalah Upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. (Siswono,2004). Sedangkan Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. (Petterson, 1996).
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :
Kerangka konsep penelitian
Pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
3.2 Defenisi Konseptual
- Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003).
- Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. (Petterson, 1996).
- Stimulasi adalah adalah upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang (Siswono,2004).
- Pengetahuan adalah informasi yang diketahui oleh Ibu mengenai stimulasi pada anak di Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
- Motorik kasar adalah Gerakan yang dilakukan anak dalam perkembangannya di Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
- Stimulasi adalah pemberian kasih sayang orang tua kepada anak dengan cara mengajak anak bermain dengan suasana yang penuh gembira di Desa Mekar sari Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
Dependen
Perkembangan Motorik Kasar Anak
Merupakan kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian Stimulasi,cara melakukan Stimulasi.
Dapat menggerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar.
Kuesioner 15 item jumlah skor yang diperoleh Jabawan :
Benar : 1
Salah : 0
Kuesioner 14 item jumlah skor yang diperoleh pertanyaan positif
jawaban
Ya : 1
Tidak : 0
Pertanyaan negatif
Jawaban
Ya : 0
Tidak : 1
Kategori :
Tinggi : 10-15
Sedang : 5-9
Rendah : 0-4
Kategori :
Normal : 8-14
Tidak Normal : 0-7
Ordinal
3.4. Hipotesa Penelitian
Pada penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis kerja yang bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di desa Pemetang Tatal Dsn III kecamatan Perbaungan Kabupaten serdang bedagai.
Hipotesis disebut juga hipotesis alternatif disingkat (Ha) : ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan emesis gravidarum pada kehamilan trimester pertama. Jika Ho : tidak ada hubungan dengan perkembangan motorik kasar anak
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan tujuan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun yang tinggal di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang bedagai.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan crossectional yaitu suatu penelitian dimana variabel yang termasuk faktor resiko dilakukan pengukuran dan pengamatan pada saat bersamaan sekali waktu antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007).
4.2. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono (2004) dalam (Hidayat 2007) populasi adalah wilayah generalisasi yang berdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah populasi 30 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah 30 orang. Tehnik Pengembilan sample yang akan digunakan pada penelitian ini adalah total sampling dengan cara keseluruhan dari pada populasi di jadikan sample.
Kriteria sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Ibu yang dapat berbahasa Indonesia.
- Ibu yang dapat membaca dan menulis.
- Ibu yang bersedia menjadi responden.
- Ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun antara yang di beri stimulasi dengan yang tidak diberi stimulasi.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2009 sedangkan pengumpulan data penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2008 (Jadwal terlampir) di Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
4.4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah suatu alat pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/orang banyak (Notoatmodjo, 2002). Kuesioner yang sudah disusun secara terstruktur dan dibuat sendiri oleh penelitian berdasarkan konsep teoritisnya dengan jumlah 15 pertanyaan untuk variabel tingkat pengetahuan ibu dan 14 pertanyaan untuk variabel Perkembangan Motorik Kasar Anak.
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau Kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur sesuatu yang akan diukur (Darwis, 2003).
Uji validitas dengan menggunakan tehnik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut.
r :
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
N : Jumlah sample
X : Variable bebas
Y : Variable terikat
Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (Sugiono, 2005). Setelah diujikan kepada 20 responden (r tabel = 0,444) didapatkan semua item pertanyaan dalam variabel pengetahuan dan tindakan stimulasi dini telah valid.
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Nototatmodjo, 2005).
Bisa menggunakan rumus Spearman Brown
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb : korelasi product moment antara belahan
Setelah diujikan kepada 20 responden (r tabel = 0,444) didapatkan untuk variabel pengetahuan diperoleh r11 = 0,902 dan untuk variabel Perkembangan Motorik Kasar Anak didapatkan r11 = 0,878 sehingga dapat disimpulkan kedua variabel telah reliabel.
4.5. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini mendapat rekomendasi dari Ka.Prodi Ilmu Keperawatan DELI HUSADA Delitua setelah disetujui oleh pembimbing penelitian. Kemudian permintaan secara tertulis ke kepala Desa Pematang Tatal Dsn III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sedang Bedagai.
Kemudian penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent) saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol saja.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.
4.6. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data dan langkah-langkah yang akan dilakukan diantaranya
4.7. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan (Hidayat, 2007).
4.8. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : Kode o jawaban salah, kode 1 jawaban benar (Hidayat, 2007).
4.9. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.
4.10. Cleansing (Pembersihan data)
Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.
4.7. Analisis Data
1. Univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan setiap variabel secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing- masing variabel.
2. Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu independent dan dependen. Hal ini berguna untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Analisis ini menggunakan uji korelasi Kendal Tau. Teknik ini digunakan untuk membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data variabel berbentuk ordinal dan ordinal. Apabila p value <? dimana ?=0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2006).
Rumus Kendal Tau yaitu:
: Koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1<?<1)
- A : Jumlah rangking atas
- B : Jumlah rangking bawah
N : Jumlah anggota sampel